Udah Setahun....

Fhuifh, capek mendera tapi cukup puas karena kemarin akhirnya rencana membuat tasyakuran peringatan setahun ibuku meninggal udah kelar dilaksanakan.
Hhhh, setahun lalu...
Aku masih ingat banget gimana ibuku menayakan kapan esok pagi datang yang katanya terasa lama. padahal waktu itu jam 2 malem. iya sih, ada perasaan takut ga berkesudahan ketika detik-detik ibu koma aku tanya ke Bapak
"Pak, jujur sama aney, kira-kira firasat bapak, emak bakal sembuh atau justru besok meninggal?" tanyaku menahan tangis
"Bapak yakin, emak sembuh". bapak menjawab mantap. tapi aku curiga, jawaban itu pasti mengandung multi tafsir
"Emak pasti sembuh" bapak meyakinkan aku kembali
tik-tok-tik-tok-tik-tok,,,,detik jam berkejaran melaju, terkadang juga melambat. dadan ibu masih terasa hangat namun hatiku gigil. semacam keyakinan meraja kalo esok hari senin ibu akan meninggalkan kami. ibu seolah bersekongkol dengan malaikat maut dan memang sengaja memasang hari senin sebagai hari terakhirnya di dunia, mirip dengan hari kelahiran dan hari terakhir Nabi SAW melepaskan ruhnya.
"Wudhu..Wudhu...aku pengen sholat istikhoroh. wudhukan aku.........."ibu merajuk dengan mata terpejam, meminta di wudhukan. aku merinding bukan kepalang. merajai malam yang terasa sangat panjang, tak berujung, tak bernafas. Ya Allah..........mengapa aku setakut ini??
"Allahu Akbar" Ibuku dalam pejamnya mengangkat kedua tangan, tetap terbaring setelah bahasa cinta Bapak membujuknya sekaligus meyakinkan bahwa sholatnya sah meski tanpa wudhu. dan air mataku berdesakan keluar. tak pedulikan perintahku untuk tetap diam saja mengendap di kerongkongan. periiiiiiiiih. apalagi ketika dengan mantap ibu membaca beberapa potongan ayat dari suran Yaasin dengan mantap tanpa cacat. tetap dalam pejamnya. Rabb, jangan peras hatiku sekeras ini...

Aku masih sangat ingat, entah berapa kali ku bacakan Surat Yaasin diatas kepalanya. aku bertegar diri diantara saudara yang menangis. inunk pingsan, neng faik histeris, iva merapat di sisi lemari, neng wana menggigit bibirnya hingga berdarah, bapak menutup muka dengan kedua tangannya lalu merengkuh kami. aku??
di entah yang keberapa kalinya sejak jam 1 malam, kali ini potongan ayatku terputus, aku menangis. Al-Qur'anku basah. dan tangisku tak bersuara. ada yang meremas hatiku hingga darahnya terkuras habis....Ya Allah, apa yang ibuku tunggu?

Ternyata....
Neng Fahriyah. ibu menunggunya. anak yang bukan dari rahimnya namun tak pernah dibedakan mana anak kandung dan bukan. setelah dia datang ibu memulai perjalanan barunya.menutup matanya dengan tangan bersedekap menghadap kiblat, tanpa bantuan sesiapa. mataku deras tapi hatiku gerimis. ibuku telah menjadi seorang pengantin menuju Penciptanya. Inunk pingsan.
beberapa saat setelah ia siuman...
"Emak cantik sekali. tadi aku liat di sudut itu. Emak pakai baju putih yang cantik. Emak tersenyuuum" ujar inunk dengan air mata terurai namun terselip senyum di wajahnya.
Entah mengapa tiba-tiba aku sangat bahagia. ibu telah terbebas dari beban diabet, paru dan segala macam penyakit yang pernah divoniskan serangkaian dokter. kami yang menjahitkan kafan pengantinnya, merangkai bunga sedap malam, mawar, melati serta pandan wangi. kami yang memandikan tubuh ringkihnya. mendapati betapa tiba-tiba jasadnya menjadi lebih panjang ketimbang ketika awal kami mengukur ukuran kafan pengantinnya. dalam kafan itu, terselip mukena iva sebagai rasa cinta kami, menyertakan seragam sholat perempuan sebagao saksi di alam kubur nanti.Orang bilang, jasad yang kian memanjang artinya seluruh amalnya diterima, calon penghuni surga....

Kemarin malam...
Alunan dzikir, tahlil juga manaqib sejukkan hati kami yang telah setahun ditinggalkannya. aku rindu akan segala hal atas nama ibu..
tawanya,
nasehat bijaknya,
omelannya..
masakannya...
bahasa tubuhnya
kejahilannya (ibu sering berpura-pura mencolok mataku jika aku ngantuk waktu nonton Tv)
terutama......................
Do'anya.......
aku rapuh tanpa do'a itu
aku limbung tanpa do'a itu

Luv U much Mom...
How I Miss U...........

0 komentar:

Posting Komentar

monggo...